Abu Sufyan bin Harb –saat ia masih kafir- pernah bertanya kepada Zaid bin ad-Datsinah –radhiyallahu ’anhu-, (ketika dia dikeluarkan penduduk Mekkah dari al-Haram untuk dibunuh dan dia menjadi tawanan mereka): ”Katakanlah, demi Allah, wahai Zaid! Apakah kamu suka apabila Muhammad sekarang menggantikan kedudukanmu lalu kami memukul lehernya, sedangkan kamu berada di tengah keluargamu?” Dia menjawab,”Demi Allah, aku tidak rela bila Muhammad sekarang berada di tempatnya saat ini terkena sebuah duri yang menyakitinya, sedangkan aku duduk di tengah keluargaku.” Abu Sufyan berkata, ”Aku tidak pernah melihat seorang pun yang mencintai seseorang seperti kecintaan para sahabat Muhammad kepada Muhammad.”
Dari Anas bin Malik –radhiyallahu ’anhu-, dia menuturkan, “Tatkala perang Uhud, para penduduk Madinah melarikan diri sambil berteriak, ’Muhammad terbunuh’ sehingga banyak teriakan di penjuru Madinah, maka keluarlah seorang perempuan dari Anshar dengan berikat pinggang. Kemudian ia diberi kabar mengenai kematian anak, ayah, suami, dan saudaranya. Saya tidak tahu siapakah di antara mereka yang terbunuh terlebih dahulu. Ketika perempuan ini melewati salah seorang dari mereka, ia bertanya,”Siapakah yang mati ini?” Mereka menjawab,”Ayahmu, saudaramu, suami, anakmu!” Namun dia malah bertanya,”Apa yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam?” Mereka menjawab,”Majulah ke depan.” Setelah sampai kepada Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam, ia memegang ujung baju beliau kemudian mengatakan,”Ayah dan ibuku sebagai tebusanmu, wahai Rasulullah. Aku tidak peduli, asal engkau selamat dari orang yang jahat.” (HR. Ath-Thabrani dalam al-Ausath, dan disebutkan dalam Majma’ Az Zawa’id, al-Haitsami, dan ia menyebutkan bahwa para perawinya terpercaya kecuali satu orang yang tidak dikenalnya)
Dalam sebuah riwayat, ia mengatakan,”Setiap musibah terasa ringan setelah melihatmu selamat.” (HR. Ibnu Hisyam dalam as Sirah; diriwayatkan pula oleh Ibnu Katsir dalam al-Bidayah wan Nihayah)